Rabu, 05 November 2014

Aplikasi Dzikir Berawal dari Komunitas Kampus

GaplekNews - Ribut Agung Prastiyo (22), pengembang aplikasi teknologi informasi menyebut komunitas kampus sangat potensial untuk melahirkan berbagai aplikasi.

Alasannya, kampus memiliki sumberdaya mahasiswa dan para pengajar yang mengusai  bidang teknik informatika. Tersedia juga fasilitas, perpustakaan dan internet yang mewadahi.

Alumni Tehnik Informatika Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya ini sendiri berhasil menjadi pengembang aplikasi dzikir berbasis android.

Aplikasi ini memberikan kemudahan bagi pengguna gadget berbasis android untuk  belajar dan melakukan dzikir secara khusuk di mana saja.

Ribut mengaku  karya ini lahir berkat interaksi dengan komunitas-komunitas digital, yang hanya terdiri beberapa mahasiswa di kampusnya.

Di komunitas ini, Ribut saling bertukar pikiran mematangkan ide-ide. “Baru ada komunitas kecil di Untag. Tapi ini cukup membantu saling berbagi ide,” ungkap Ribut.

Lewat komunitas kecil itu, Ribut biasanya  mempertajam materi yang  didapat di ruang kuliah. Termasuk ketertarikannya pada program berbasis Android.

“Kalau komunitas besar, akan semakin banyak ide yang muncul, dan itu akan sangat baik  untuk mendorong lahirnya developer-developer dalam industri aplikasi,” tuturnya.

Soal aplikasi dzikir miliknya yang di pasarkanya di playstore Google, Ribut terinspirasi setelah melihat aplikasi sejenis, tapi dengan materi terbatas.

“Selama tiga bulan, saya dibantu Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Kabupaten Lamongan, merancang aplikasi untuk kalimat-kalimat dzikir yang benar,”  katanya.

Meski kini sudah tidak lagi  berstatus mahasiswa, Ribut tetap saja intens bertemu dengan  komunitas digital di kampusnya.

Ribut hari-hari ini juga tengah mengurus hak paten dari aplikasi ciptaannya.

“Semua aplikasi yang masuk playstore harus mengantongi paten dulu. Saat ini masih dalam proses, semoga bisa cepat selesai,” tambahnya.

Ribut optimistis aplikasi dzikir ciptaannya akan laku di pasaran. Sebab menurutnya, belum ada aplikasi dzikir, selengkap ciptaannya.

Ditambah, mayoritas penduduk Indonesia beragama islam, sehingga program dzikir sangat diperlukan.

Lebih jauh Ribut mengaku sangat terbantu dengan fasilitas di kampusnya. Kampus di Semolowaru itu bekerja sama dengan sebuah provider hingga  memudahkan mahasiswa untuk mengakses internet.

“Ini memudahkan untuk membuat program, maupun mencari referensi. Saya kira sekarang tinggal mahasiswanya. Fasilitas sudah ada, tinggal membentuk komunitas dan bersama-sama maju di dunia digital,”tandasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar