GaplekNews - Henky Prihatna, Kepala Industri Google Indonesia mengimbau untuk memperkuat konten sebuah situs toko dalam jaringan (online shop) agar bisa menempati peringkat teratas dalam laman google, sehingga mudah diklik bagi pencari, terutama pembeli.
Dalam suatu diskusi di Jakarta, Senin, (7/7/2014) Henky menilai konten atau isi dari suatu situs merupakan elemen terpenting dibandingkan fitur atau teknologi lainnya.
"Kalau kita bicara online, yang paling penting adalah kontennya dulu, kita bisa menganggap teknologi, 'tools' (peralatan) dalam situs adalah 'king' (raja), tapi konten is 'king kong' (rajanya raja)," kata Henky.
Dia mengatakan, meskipun peringkat bisa dimanipulasi dengan taktik 'search engine optimization' (optmialisasi mesin pencarian) atau menggunakan perangkat berbayar Google Adwords, tetap saja jika kontennya tidak menarik akan tergerus dengan situs-situs yang kontennya dicari 'clickers' (pencari).
Mengutip Antara, dua cara itu bisa menempatkan situs menjadi di halaman pertama mesin pencarian, seperti Google, Yahoo, Bing dan sebagainya.
Pasalnya, menurut Henky, pencari biasanya enggan jika mencari di halaman kedua, ketiga dan seterusnya.
"Mereka pasti fokusnya hanya di halaman satu, jarang sekali yang mengklik ke halaman dua, tiga, nah sekarang bagaimana kita bisa mengalahkan ribuan halaman itu butuh algoritma yang banyak, untuk itu tergantung kepada konten dan relevansinya," katanya.
Sebagai contoh, blog dari fashion blogger Diana Rikasari yang merupakan pemilik dari www.iwearup.com mengaku mengembangkan blognya secara organik dan tidak menggunakan perangkat apapun.
"Sejak 'ngeblog' tahun 2007, 'traffic'-nya (lalu lintasnya) terus tinggi dan 'follower' (pengikutnya) juga terus bertambah secara organik," katanya.
Diana menuturkan dirinya selalu memperbaharui konten blog yang berisi tentang jual-beli online pakaian itu.
Wanita yang tidak memiliki latar belakang pebisnis itu juga mengaku fokus dalam pemasaran yang hanya melalui jejaring sosial.
"Ketika 'launch' (rilis), aku pakai Twitter dan Facebook, tetapi aku merasa tidak sanggup, daripada memakai banyak 'platform' tapi enggak pernah 'diupdate' (diperbaharui), lebih baik fokus satu dan aku memilih Twitter karena responnya cepat," katanya.
Dia mengaku berjualan melalui "online" banyak keuntungan dan kelemahannya, keuntungannya yakni bisa meluas hingga ke luar negeri, namun kelemahannya ketika ada keluhan, langsung tersebar luas.
"Di media sosial, berita tersebarnya itu sangat cepat, meskipun pelayanannya tidak telat sampai sebulan hanya tiga hari, tetapi komplainnya semua orang bisa tahu," ujarnya.
Dalam suatu diskusi di Jakarta, Senin, (7/7/2014) Henky menilai konten atau isi dari suatu situs merupakan elemen terpenting dibandingkan fitur atau teknologi lainnya.
"Kalau kita bicara online, yang paling penting adalah kontennya dulu, kita bisa menganggap teknologi, 'tools' (peralatan) dalam situs adalah 'king' (raja), tapi konten is 'king kong' (rajanya raja)," kata Henky.
Dia mengatakan, meskipun peringkat bisa dimanipulasi dengan taktik 'search engine optimization' (optmialisasi mesin pencarian) atau menggunakan perangkat berbayar Google Adwords, tetap saja jika kontennya tidak menarik akan tergerus dengan situs-situs yang kontennya dicari 'clickers' (pencari).
Mengutip Antara, dua cara itu bisa menempatkan situs menjadi di halaman pertama mesin pencarian, seperti Google, Yahoo, Bing dan sebagainya.
Pasalnya, menurut Henky, pencari biasanya enggan jika mencari di halaman kedua, ketiga dan seterusnya.
"Mereka pasti fokusnya hanya di halaman satu, jarang sekali yang mengklik ke halaman dua, tiga, nah sekarang bagaimana kita bisa mengalahkan ribuan halaman itu butuh algoritma yang banyak, untuk itu tergantung kepada konten dan relevansinya," katanya.
Sebagai contoh, blog dari fashion blogger Diana Rikasari yang merupakan pemilik dari www.iwearup.com mengaku mengembangkan blognya secara organik dan tidak menggunakan perangkat apapun.
"Sejak 'ngeblog' tahun 2007, 'traffic'-nya (lalu lintasnya) terus tinggi dan 'follower' (pengikutnya) juga terus bertambah secara organik," katanya.
Diana menuturkan dirinya selalu memperbaharui konten blog yang berisi tentang jual-beli online pakaian itu.
Wanita yang tidak memiliki latar belakang pebisnis itu juga mengaku fokus dalam pemasaran yang hanya melalui jejaring sosial.
"Ketika 'launch' (rilis), aku pakai Twitter dan Facebook, tetapi aku merasa tidak sanggup, daripada memakai banyak 'platform' tapi enggak pernah 'diupdate' (diperbaharui), lebih baik fokus satu dan aku memilih Twitter karena responnya cepat," katanya.
Dia mengaku berjualan melalui "online" banyak keuntungan dan kelemahannya, keuntungannya yakni bisa meluas hingga ke luar negeri, namun kelemahannya ketika ada keluhan, langsung tersebar luas.
"Di media sosial, berita tersebarnya itu sangat cepat, meskipun pelayanannya tidak telat sampai sebulan hanya tiga hari, tetapi komplainnya semua orang bisa tahu," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar